Produksi Bibit Unggul Berbasis GAP: Fondasi Sukses Pengembangan Kakao Nasional

Pemerintah Indonesia menetapkan target ambisius dalam pengembangan komoditas kakao

Pemerintah Indonesia menetapkan target ambisius dalam pengembangan komoditas kakao, yakni melakukan pengembangan seluas 550.000 hektare dalam waktu tiga tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut, diperkirakan dibutuhkan sedikitnya 550 juta batang bibit kakao unggul, atau sekitar 1 juta batang per hektare. Hal ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha dan kelompok tani untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembibitan. Namun, peluang tersebut harus dibarengi dengan komitmen tinggi terhadap kualitas, yang dicapai melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada setiap tahapan pembibitan — mulai dari pemilihan benih, teknik sambung dan okulasi, hingga perawatan yang presisi.

PEMBIBITAN SECARA GENERATIF (BENIH)

  • Perbanyakan generatif menggunakan benih dari kebun benih tersertifikasi, yang wajib disemai segera setelah panen karena tidak memiliki masa dormansi.
  • Persemaian dilakukan di lahan datar dengan bedengan sedalam ±20 cm, lebar 1 meter, berisi pasir halus ±15 cm, dan dinaungi atap dari daun kelapa/tebu.
  • Jarak tanam benih adalah 2,5 cm × 5 cm, atau dalam bak pasir 4 cm × 2,5 cm (±1.000 benih/m²), ditutup jerami untuk menjaga kelembapan dan menghindari sinar langsung.
  • Penyiraman dilakukan setiap hari, terutama di musim kering, tanpa menimbulkan genangan.
  • Benih berkecambah dalam 4–5 hari dengan radikula sepanjang 1–2 cm segera dipindahkan ke polybag sebelum umur 12 hari.
  • Naungan dibuat dari paranet atau atap alami (lamtoro atau kelapa), setinggi 1,5–2 meter, dengan intensitas cahaya awal 20–50%.
  • Media tanam di polybag: tanah atas:pupuk kandang:pasir = 3:2:1 atau tanah:pupuk kandang = 3:1 bila tanah gembur.
  • Ukuran polybag: 30×20 cm untuk bibit umur 4–6 bulan, dan 25×40 cm untuk >6 bulan, dengan ketebalan 0,08 mm dan 15 lubang drainase.
  • Pemupukan mulai umur 1 bulan: 2 gram urea/polybag, diberikan setiap 2 minggu, bisa dilarutkan dalam air 0,2%, disiramkan sebanyak 50–100 ml/bibit.
  • Pupuk mikro (ZnSO₄, CuSO₄, FeSO₄) diberikan saat gejala defisiensi muncul.
  • Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, mencakup ulat kilan, belalang, siput darat, hawar daun, dan VSD.
  • Bibit yang sakit harus segera disingkirkan dan dibenam dalam tanah guna mencegah penularan.
  • Penjarangan atap dilakukan bertahap guna aklimatisasi, nauangan dibongkar seluruhnya dua minggu sebelum bibit dipindah ke kebun.
  • Bibit siap tanam jika: Umur 4–6 bulan, Tinggi 40–60 cm, Memiliki ≥12 helai daun sehat, Diameter batang 0,7–1,0 cm.

PEMBIBITAN SECARA VEGETATIF

Sambung pucuk (Grafting)

  • Dilakukan pada batang bawah berumur 4–5 bulan, menggunakan entres dari klon unggul: Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 3, dan ICCRI 4.
  • Entres diambil dari cabang plagiotrop sehat, berdiameter ±1 cm, berwarna hijau kecoklatan.
  • Batang bawah disayat vertikal sepanjang 3–5 cm, entres disayat miring membentuk baji, lalu disisipkan dan diikat plastik.
  • Plastik dilepas saat tunas tumbuh 1–2 cm, sambungan dinyatakan berhasil jika tumbuh stabil.
  • Sambungan dapat diulang selama batang bawah masih memiliki minimal 2 daun.
  • Naungan dibuka bertahap selama 1–2 bulan untuk aklimatisasi.
  • Bibit siap tanam jika: tunas mencapai 15–20 cm, memiliki ≥12 helai daun sehat, diameter tunas ±1 cm, umur 4–6 bulan pasca sambung.
  • Waktu tanam ideal: awal musim hujan.

Okulasi (Budding)

  • Okulasi dilakukan saat batang bawah berumur 3–4 bulan dan entres diambil dari klon unggul, berupa plagiotrop sehat berdiameter ±1 cm.
  • Letak tempelan mata tunas sedapat mungkin di bagian hipokotil.
  • Sayatan vertikal dibuat sepanjang 3 cm, berjarak 0,8 cm, lalu dipotong horizontal untuk membentuk “lidah kulit”.
  • Mata tunas dipotong sesuai ukuran jendela, disisipkan dari bawah, ditutup kembali dan diikat tumpang susun.
  • Keberhasilan okulasi diamati setelah 3–4 minggu: mata tunas sehat berwarna hijau, yang gagal berwarna hitam.
  • Batang bawah dibengkokkan untuk memicu pertumbuhan tunas, lalu dipotong setelah tumbuh ≥6 helai daun dewasa.
  • Bibit dinyatakan siap tanam jika: umur 8–9 bulan, diameter batang >0,7 cm, panjang tunas >50 cm, jumlah daun >12 helai.

Kunci Keberhasilan

Kunci keberhasilan Program Pengembangan Kakao Nasional dengan target 550.000 ha dan kebutuhan bibit ±550 juta batang unggul, yakni kualitas pembibitan berbasis GAP dan pemenuhan SOP teknis, ketersediaan benih atau bibit dari varietas dan klon unggul, peningkatan kapasitas SDM pembibit dan petani, serta aklimatisasi bibit secara optimal. Kombinasi antara pendekatan teknis yang presisi, keterlibatan aktif pelaku usaha pembibitan, serta sinergi kebijakan dan pemberdayaan petani akan menjadi fondasi utama menuju transformasi produktivitas kakao nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan.